Mereka melaporkan, untuk kali pertamanya kelahiran dalam kondisi perawan atau parthenogenesis ditemukan pada hewan vertebrata liar. Fenomena semacam itu sebelumnya hanya ditemukan pada hewan dalam penangkaran.
Untuk diketahui, reproduksi aseksual untuk kali pertamanya diidentifikasi terjadi pada ayam yang diternakkan. Kelahiran "perawan" dalam beberapa tahun terakhir juga dilaporkan terjadi pada ular, hiu, kadal, dan beberapa spesies burung. Semua terjadi di penangkaran, di mana betina dipisahkan jauh dari jantan.
"Ini hal baru dalam evolusi," kata Warren Booth, dari University of Tulsa, Oklahoma, AS seperti dimuat BBC. Profesor Booth adalah penulis utama dalam makalah yang dipublikasikan Biological Letters, Royal Society.
Ia dan rekannya menyelidiki kelahiran perawan di populasi dua spesies ular liar yang terpisah secara geografis.
Mereka menangkap ular copperhead yang sedang hamil dan seekor ular beludak cottonmouth betina, di mana mereka hidup bersama para jantan.
Saat ular-ular itu melahairkan, para ilmuwan mempelajari karakteristik fisik dan genetis bayinya. Dari 22 ular copperhead, ilmuwan menemukan satu betina yang melahirkan secara aseksual. Sementara satu kelahiran perawan pada cottonmouth menghasilkan 37 bayi. "Frekuensi ini sangat mengejutkan bagi kami," kata Booth.
Seksual atau aseksual
Kelahiran perawan atau parthenogenesis adalah pertumbuhan dan perkembangan telur tanpa pembuahan oleh jantan. Ini wajar terjadi pada hewan invertebrata seperti kutu daun, lebah dan semut.
Tapi proses aseksual pada hewan vertebrata masih sangat jarang, dilaporkan hanya terjadi pada 0.1 persen spesies.
Ini baru terungkap secara meluas pada tahun 1990-an saat kelahiran perawan pada sepesies ular didokumentasikan, diikuti spesies kadal raksasa Komodo 2006, dan hiu pada tahun 2007. Semua terjadi di penangkaran.
Hingga saat ini terdata 10 spesies ular termasuk boa dan piton, empat spesies hiu, dan sejumlah kadal monitor termasuk Komodo yang terancam punah. Baru-baru ini burung zebra finch dan puyuh asal China masuk dalam daftar. Semua dari mereka yang masuk daftar hidup dalam kondisi tak wajar, terpisah dari para jantan.
Jadi, menemukan reproduksi aseksual dua jenis ular liar adalah hal yang mengejutkan. Meski belum jelas, apakah ini adalah pilihan betina itu sendiri, yang sebenarnya hidup di antara para jantan, atau akibat dipicu sejumlah faktor seperti virus atau infeksi bakteri. "Jawaban apapun di titik ini dipastikan murni spekulasi," kata Booth. Masih perlu penelitian untuk mengungkapnya.
Di penangkaran, dua hiu dan tiga ular berkali-kali melahirkan secara perawan, memproduksi lebih dari sayu bayi, secara facultative parthenogenesis.
Juga belum jelas, apakah anak-anak betina yang dihasilkan akan meneruskan cara melahirkan induknya, atau menempuh cara normal. Tim peneliti juga sedang meneliti perkembangan anak yang dihasilkan dari reproduksi aseksual di alam liar itu.
Lalu, apakah mungkin ada kelahiran perawan pada mamalia?
Peneliti berpendapat, itu tidak dimungkinkan, selain pada platypus (hewan mamalia semi-akuatik yang bertelur) dan echidna (mamalia berduri asal Australia yang juga bertelur).
Sebab, mamalia dalam reproduksinya memerlukan proses yang disebut genomic imprinting atau penandaan genom, yang membutuhkan gen dari orang tua, ayah dan ibu.
Sumber: BBC, eh