Muhammad Sholich Mubarok
Twitter: @paramuda
Ndeso. Itu kesan yang timbul ketika bertemu atau melihat bentuk fisik seorang Joko Widodo (Jokowi), Walikota Solo yang ‘berani-beraninya’ mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Sepertinya tiada hari, publik dicekoki pemberitaan dari Jokowi. Apapun tentang Jokowi. Kebaikan-kebaikannya. Kebaikan-kebaikannya dan kebaikan-kebaikannya.
Puluhan kebaikan-kebaikan atau prestasi Jokowi sangat banyak hingga dia dinominasikan sebagai salah satu walikota terbaik di dunia. Tanya saja sama mbah Google apa yang telah direngkuhnya.
Lho, kok dari tadi kebaikan-kebaikannya terus. Dia nggak punya kecacatan apa? Banyak! Tak perlu penulis jabarkan, si Macan (baca: @triomacan2000) pun sudah mengungkapkan segala kebobrokan.
Sedikit koreksi, Jokowi dinominasikan sebagai salah satu walikota terbaik di dunia versi Mayor Foundation. Dan tahu kah Anda Mayor Foundation (MF)? MF itu tak lebih dari sebuah lembaga abal-abal, ya seperti ajang pencarian bakat Indonesian Idol. Untuk menjadi walikota terbaik, kandidat harus mendaftarkan diri terlebih dahulu di situs http://www.worldmayor.com/contest_201. Lacurnya, Jokowi sengaja menikmati julukan walikota terbaik yang belum pernah diumumkan oleh MF.
“Jokowi itu seperti ‘nabi’,” kata seorang teman.
“Kok?”
“Iya, Jokowi seperti nabi. Dipuji-puji sekali oleh orang-orang yang menggemarinya. Sosoknya seperti tak ada cacatnya, lihat saja pemberitaan juga respon fansnya” imbuh teman.
Penulis sempat mengernyit dahi dan kemudian diam-diam membenarkan dalam hati. Dalam artian, nabi di sini hanya ‘seperti’. Jokowi kerap dielu-elukan oleh para pendulang suara atau kelewat lebay menilai seseorang. Secara tak langsung seperti ada adagium: Jokowi itu, yang pertama, tak pernah salah. Yang kedua, apabila salah balik lagi ke pasal pertama. Sami mawon!
Untuk meyakinkan diri, penulis pun mencari tahu. Ngetes. Penulis mencemplungkan diri ke dalam grup Dukung Jokowi-Ahok menjadi Gubernur DKI di jejaring sosial Facebook. Aha! Langsung bisa nge-post tanpa harus nunggu konfirmasi dari admin grup.
Berikan alasan dong kenapa harus pilih Jokowi? Biar makin mantep gitu hehe. Dimulai dengan kalimat, Jokowi itu orangnya....
Begitu penulis menulis. Dan respon komen pun, seperti yang penulis duga, begitu cepat berdatangan.
• Jokowi itu orangnya menghargai wakilnya, tidak seperti Foke yang tidak menghargai wakilnya.
• Jokowi itu orangnya kurus, hitam dan tidak punya tampang pemimpin tapi jiwanya seorang pemimpin.
• Jokowi itu follower Twitternya udah 212,000 lebih.....kalau Foke untuk 35.000 aja belum nyampe. terus yang handle admin tidak murni diri sendiri.
• Jokowi itu bodoh tapi berprestasi kelas dunia.....Foke itu ahli tapi berprestasi kelas adipura.
• Jokowi itu orangnya mirip banget sama mbah kakung gue.. jadi harus gue pilih.
Twitter: @paramuda
Ndeso. Itu kesan yang timbul ketika bertemu atau melihat bentuk fisik seorang Joko Widodo (Jokowi), Walikota Solo yang ‘berani-beraninya’ mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Sepertinya tiada hari, publik dicekoki pemberitaan dari Jokowi. Apapun tentang Jokowi. Kebaikan-kebaikannya. Kebaikan-kebaikannya dan kebaikan-kebaikannya.
Puluhan kebaikan-kebaikan atau prestasi Jokowi sangat banyak hingga dia dinominasikan sebagai salah satu walikota terbaik di dunia. Tanya saja sama mbah Google apa yang telah direngkuhnya.
Lho, kok dari tadi kebaikan-kebaikannya terus. Dia nggak punya kecacatan apa? Banyak! Tak perlu penulis jabarkan, si Macan (baca: @triomacan2000) pun sudah mengungkapkan segala kebobrokan.
Sedikit koreksi, Jokowi dinominasikan sebagai salah satu walikota terbaik di dunia versi Mayor Foundation. Dan tahu kah Anda Mayor Foundation (MF)? MF itu tak lebih dari sebuah lembaga abal-abal, ya seperti ajang pencarian bakat Indonesian Idol. Untuk menjadi walikota terbaik, kandidat harus mendaftarkan diri terlebih dahulu di situs http://www.worldmayor.com/contest_201. Lacurnya, Jokowi sengaja menikmati julukan walikota terbaik yang belum pernah diumumkan oleh MF.
“Jokowi itu seperti ‘nabi’,” kata seorang teman.
“Kok?”
“Iya, Jokowi seperti nabi. Dipuji-puji sekali oleh orang-orang yang menggemarinya. Sosoknya seperti tak ada cacatnya, lihat saja pemberitaan juga respon fansnya” imbuh teman.
Penulis sempat mengernyit dahi dan kemudian diam-diam membenarkan dalam hati. Dalam artian, nabi di sini hanya ‘seperti’. Jokowi kerap dielu-elukan oleh para pendulang suara atau kelewat lebay menilai seseorang. Secara tak langsung seperti ada adagium: Jokowi itu, yang pertama, tak pernah salah. Yang kedua, apabila salah balik lagi ke pasal pertama. Sami mawon!
Untuk meyakinkan diri, penulis pun mencari tahu. Ngetes. Penulis mencemplungkan diri ke dalam grup Dukung Jokowi-Ahok menjadi Gubernur DKI di jejaring sosial Facebook. Aha! Langsung bisa nge-post tanpa harus nunggu konfirmasi dari admin grup.
Berikan alasan dong kenapa harus pilih Jokowi? Biar makin mantep gitu hehe. Dimulai dengan kalimat, Jokowi itu orangnya....
Begitu penulis menulis. Dan respon komen pun, seperti yang penulis duga, begitu cepat berdatangan.
• Jokowi itu orangnya menghargai wakilnya, tidak seperti Foke yang tidak menghargai wakilnya.
• Jokowi itu orangnya kurus, hitam dan tidak punya tampang pemimpin tapi jiwanya seorang pemimpin.
• Jokowi itu follower Twitternya udah 212,000 lebih.....kalau Foke untuk 35.000 aja belum nyampe. terus yang handle admin tidak murni diri sendiri.
• Jokowi itu bodoh tapi berprestasi kelas dunia.....Foke itu ahli tapi berprestasi kelas adipura.
• Jokowi itu orangnya mirip banget sama mbah kakung gue.. jadi harus gue pilih.
Glek! Komennya mencapai hingga 100an lebih dan semua, yah…pujian yang tak sertakan data.
Lalu, ada yang bertanya, Lilis namanya: kalau wakilnya? Ada yang kenal....jadi pengen tahu pasangan ini.
Tak hitungan detik ada yang respon: Ambil foto bang Jokowi dan bang Ahok tempel ditembok kamar trus perhatiin tatap terus sambil berfikir kira kira wajahnye abang-abang ntu keliatannye gimane: musang berbulu domba kaga, jujur kagak, tulus kagak, merakyat kagak, sangar ape adhem damai
Gampang banget ya, cuma lihat mukanya bisa kelihatan hatinya. Bukannya susah ya membedakan mana orang baik sama enggak kalau cuma lihat dengan wajah, karena pemimpin kita yang di atas pun banyak yang kelihatan wajahnya baik, tapi korupsi, jawab Lilis penuh tanya.
Apalagi kelihatan wajahnya pura-pura ngedeso tapi korupsi, timpal satu orang bernama Cuma membela Lilis.
Entah sudah sampai berapa komennya, karena gelagat penulis terendus oleh mereka dan akhirnya…kick! Penulis ditendang dari grup. Si Cuma dan Lilis yang belakangan dibully di forum itu sepertinya juga didepak. Ketika penulis bertanya via private message, Lilis mengiyakan sembari tertawa. Untung penulis sudah meng-copy-paste komen-komennya karena alami firasat tak enak. Buat bahan tulisan.
Jokowi memang benar-benar diagung-agungkan seperti ‘nabi’. Di sini, penulis tak bermaksud membela salah satu pasangan kandidat. Karena kedua kandidat sama-sama cacat. Penulis hanya ingin menekankan, jangan sampai, dalam perjalanan menuju Pemilukada yang jadinya diadakan 20 September 2012 mendatang, kita yang aku Islam sudah berbuat yang tak senonoh: mengkhultuskan sosok. Mengkhultuskan sosok yang pura-pura jual kemeja kotak-kotak untuk cari dana kampanye padahal penyandang dananya sediakan dana ber-M-M-an. Mengkhultuskan sosok yang cuma rajin kunjungi warganya yang jumlahnya sedikit, namun konsultan politiknya begitu getol memblow-up. Mengkhultuskan sosok yang katanya tak mau mengotori Jakarta dengan spanduk, baliho, poster dan sebagainya namun terjadi juga.
Kita tahu, sesungguhnya Allah telah mentakdirkan siapa yang akan jadi Gubernur kota yang serba ada ini. Banyak hal yang kita senangi namun Allah tidak suka. Kita minta saja kepada Allah, supaya yang kita senangi juga disenangi Allah.
Meski Foke korupsi dan Jokowi sama tak amanahnya, gagal, itu urusan mereka dengan Allah. Namun, memilih pasangan muslim adalah urusan kita dengan Allah.
Usai tulisan ini dinaikkan, penulis sudah siap-siap bakal diteror (terlihat siapa sebenarnya yang menjadi teroris?). Usah bingung, lha wong orang sekelas Ustaz Yusuf Mansyur saja dicaci maki habis-habisan oleh pengikut ‘Nabi’.
Ya, ‘Nabi’ yang bersanding dengan penyuka babi.
Lalu, ada yang bertanya, Lilis namanya: kalau wakilnya? Ada yang kenal....jadi pengen tahu pasangan ini.
Tak hitungan detik ada yang respon: Ambil foto bang Jokowi dan bang Ahok tempel ditembok kamar trus perhatiin tatap terus sambil berfikir kira kira wajahnye abang-abang ntu keliatannye gimane: musang berbulu domba kaga, jujur kagak, tulus kagak, merakyat kagak, sangar ape adhem damai
Gampang banget ya, cuma lihat mukanya bisa kelihatan hatinya. Bukannya susah ya membedakan mana orang baik sama enggak kalau cuma lihat dengan wajah, karena pemimpin kita yang di atas pun banyak yang kelihatan wajahnya baik, tapi korupsi, jawab Lilis penuh tanya.
Apalagi kelihatan wajahnya pura-pura ngedeso tapi korupsi, timpal satu orang bernama Cuma membela Lilis.
Entah sudah sampai berapa komennya, karena gelagat penulis terendus oleh mereka dan akhirnya…kick! Penulis ditendang dari grup. Si Cuma dan Lilis yang belakangan dibully di forum itu sepertinya juga didepak. Ketika penulis bertanya via private message, Lilis mengiyakan sembari tertawa. Untung penulis sudah meng-copy-paste komen-komennya karena alami firasat tak enak. Buat bahan tulisan.
Jokowi memang benar-benar diagung-agungkan seperti ‘nabi’. Di sini, penulis tak bermaksud membela salah satu pasangan kandidat. Karena kedua kandidat sama-sama cacat. Penulis hanya ingin menekankan, jangan sampai, dalam perjalanan menuju Pemilukada yang jadinya diadakan 20 September 2012 mendatang, kita yang aku Islam sudah berbuat yang tak senonoh: mengkhultuskan sosok. Mengkhultuskan sosok yang pura-pura jual kemeja kotak-kotak untuk cari dana kampanye padahal penyandang dananya sediakan dana ber-M-M-an. Mengkhultuskan sosok yang cuma rajin kunjungi warganya yang jumlahnya sedikit, namun konsultan politiknya begitu getol memblow-up. Mengkhultuskan sosok yang katanya tak mau mengotori Jakarta dengan spanduk, baliho, poster dan sebagainya namun terjadi juga.
Kita tahu, sesungguhnya Allah telah mentakdirkan siapa yang akan jadi Gubernur kota yang serba ada ini. Banyak hal yang kita senangi namun Allah tidak suka. Kita minta saja kepada Allah, supaya yang kita senangi juga disenangi Allah.
Meski Foke korupsi dan Jokowi sama tak amanahnya, gagal, itu urusan mereka dengan Allah. Namun, memilih pasangan muslim adalah urusan kita dengan Allah.
Usai tulisan ini dinaikkan, penulis sudah siap-siap bakal diteror (terlihat siapa sebenarnya yang menjadi teroris?). Usah bingung, lha wong orang sekelas Ustaz Yusuf Mansyur saja dicaci maki habis-habisan oleh pengikut ‘Nabi’.
Ya, ‘Nabi’ yang bersanding dengan penyuka babi.