NDUGA - Kelompok separatis bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menyatakan tak akan mengendurkan serangan-serangan di Nduga, Papua yang sejauh ini telah menewaskan sejumlah warga sipil dan aparat keamanan. Mereka juga menyatakan siap meladeni bila pemerintah Indonesia mengirim pasukan tambahan.
“Kami dengar Bapak Presiden Jokowi hendak mengirim militer dengan jumlah besar. Silakan kirim. Kami TPNPB Kodap III Ndugama tetap membeli jualan yang Bapak presiden kirim. Engkau menurunkan pasukan banyak kami juga punya pasukan silakan datang,” kata Komandan Operasi lapangan TPNPB/OPM KodapIII Ndugama, Egianus Kogeya, dalam pernyataan yang dilansir TPNPB, Kamis (5/7). Sejauh ini, Presiden Jokowi sedianya belum mengeluarkan instruksi atas penanganan peningkatan kekerasan di Nduga.
Egianus mengatakan, sejauh ini pasukan TPNPB masih bersiaga di Kenyam, ibu kota Nduga. Kendati demikian, posisi mereka digeser ke pinggiran sehubungan keberadaan pasukan TNI-Polri dalam jumlah besar di pusat kota. Ia juga mengklaim, pasukannya bertanggung jawab atas berbagai serangan di Nduga yang dilancarkan sejak 22 Juni lalu.
Sebelum pilkada kelompok bersenjata itu melakukan penembakan terhadap pesawat Trigana Air di Bandara Kenyam, Kabupaten Nduga, pada 25 Juni 2018. Pesawat tersebut mengangkut logistik pilkada dan 15 personel Brimob Polri.
Dalam peristiwa tersebut, kelompok tersebut juga menembaki warga di sekitar Bandara Kenyam dan menewaskan tiga warga sipil serta satu anak terluka. Aksi tersebut telah menyebabkan ditundanya pelaksanaan pemungutan suara di Kabupaten Nduga.
Pada Rabu (27/6), penembakan dikabarkan kembali terjadi di sekitar Bandara Nduga, Rabu 27 Juni 2018. KKB melakukan penembakan tak terarah. Tidak ada korban jiwa pada peristiwa tersebut.
Masih di hari yang sama, KKB menembaki warga dan aparat di Distrik Torere, Kabupaten Puncak Jaya. Dua anggota Polri dan kepala distrik yang membawa surat suara tewas ditembak. Sejumlah anggota Polri dikabarkan sempat hilang.
Baku tembak juga dilaporkan terjadi antar pasukan TNI dan pasukan TPNPB di Kali Kenyam, tak jauh dari Bandara Nduga pada Selasa (3/7). Di lokasi yang sama, pada Rabu (4/7), baku tembak kembali terjadi, kali ini melibatkan pasukan Brimob.
Egianus mengklaim, penyerangan-penyerangan itu tak ada kaitannya dengan Pilkada Papua 2018. Menurutnya, tujuan kelompok yang ia pimpin semata untuk memisahkan diri dari NKRI.
“Jika NKRI menggunakan orang Papua dan Nduga kami tidak kompromi, tetap kami tembak. Keluarga kami, adik kami, kaka kami tetap tembak, hal itu orang tua sudah ajarkan kami jadi tidak akan pernah kami kompromi demi agenda perjuangan Papua Merdeka,” kata Egianus.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, telah mengirim belasan ribu pasukan tambahan ke Papua menjelang pilkada lalu. Pihak kepolisian juga telah menerjunkan pasukan tambahan.
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat |
“Kami dengar Bapak Presiden Jokowi hendak mengirim militer dengan jumlah besar. Silakan kirim. Kami TPNPB Kodap III Ndugama tetap membeli jualan yang Bapak presiden kirim. Engkau menurunkan pasukan banyak kami juga punya pasukan silakan datang,” kata Komandan Operasi lapangan TPNPB/OPM KodapIII Ndugama, Egianus Kogeya, dalam pernyataan yang dilansir TPNPB, Kamis (5/7). Sejauh ini, Presiden Jokowi sedianya belum mengeluarkan instruksi atas penanganan peningkatan kekerasan di Nduga.
Egianus mengatakan, sejauh ini pasukan TPNPB masih bersiaga di Kenyam, ibu kota Nduga. Kendati demikian, posisi mereka digeser ke pinggiran sehubungan keberadaan pasukan TNI-Polri dalam jumlah besar di pusat kota. Ia juga mengklaim, pasukannya bertanggung jawab atas berbagai serangan di Nduga yang dilancarkan sejak 22 Juni lalu.
Sebelum pilkada kelompok bersenjata itu melakukan penembakan terhadap pesawat Trigana Air di Bandara Kenyam, Kabupaten Nduga, pada 25 Juni 2018. Pesawat tersebut mengangkut logistik pilkada dan 15 personel Brimob Polri.
Dalam peristiwa tersebut, kelompok tersebut juga menembaki warga di sekitar Bandara Kenyam dan menewaskan tiga warga sipil serta satu anak terluka. Aksi tersebut telah menyebabkan ditundanya pelaksanaan pemungutan suara di Kabupaten Nduga.
Pada Rabu (27/6), penembakan dikabarkan kembali terjadi di sekitar Bandara Nduga, Rabu 27 Juni 2018. KKB melakukan penembakan tak terarah. Tidak ada korban jiwa pada peristiwa tersebut.
Masih di hari yang sama, KKB menembaki warga dan aparat di Distrik Torere, Kabupaten Puncak Jaya. Dua anggota Polri dan kepala distrik yang membawa surat suara tewas ditembak. Sejumlah anggota Polri dikabarkan sempat hilang.
Baku tembak juga dilaporkan terjadi antar pasukan TNI dan pasukan TPNPB di Kali Kenyam, tak jauh dari Bandara Nduga pada Selasa (3/7). Di lokasi yang sama, pada Rabu (4/7), baku tembak kembali terjadi, kali ini melibatkan pasukan Brimob.
Egianus mengklaim, penyerangan-penyerangan itu tak ada kaitannya dengan Pilkada Papua 2018. Menurutnya, tujuan kelompok yang ia pimpin semata untuk memisahkan diri dari NKRI.
“Jika NKRI menggunakan orang Papua dan Nduga kami tidak kompromi, tetap kami tembak. Keluarga kami, adik kami, kaka kami tetap tembak, hal itu orang tua sudah ajarkan kami jadi tidak akan pernah kami kompromi demi agenda perjuangan Papua Merdeka,” kata Egianus.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, telah mengirim belasan ribu pasukan tambahan ke Papua menjelang pilkada lalu. Pihak kepolisian juga telah menerjunkan pasukan tambahan.