BOGOR - Awan yang mencakup 37 persen langit di Bogor menghalangi pemandangan gerhana bulan, Rabu, 31 Januari 2018. Sebagian masyarakat melakukan shalat gerhana di 850 masjid yang tersebar di seluruh wilayah Bogor saat terjadi gerhana kali ini.
Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor, Boedi Suhardi menjelaskan fenomena kali ini cukup istimewa karena ukuran bulan terlihat lebih besar dan berwarna merah atau biru. Fenomena tersebut dinamakan super blue blood moon.
Selain awan, masyarakat juga tidak bisa maksimal menyaksikan proses gerhana karena hujan. "Prakiraan itu untuk wilayah Bogor saja," kata Boedi menegaskan hal itu berdasarkan perhitungan Stasiun Klimatologi, enam jam sebelum terjadi gerhana.
Menurut Boedi, gerhana bulan bisa mempengaruhi kondisi cuaca, perilaku hewan dan tumbuhan. Ia juga mengakui biasanya terjadi perubahan tingkat gravitasi bulan yang mempengaruhi kondisi pasang surut air laut selama terjadi gerhana.
"Masyarakat diimbau tetap tenang. Jangan dikaitkan dengan hal mistis seperti halnya bagaimana anaknya (dalam kandungan ibu hamil)," kata Boedi mengimbau. Menurutnya, gerhana bulan kali ini adalah fenomena alam biasa yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.
[ads-post]
Sementara menurut Pemrakira Cuaca dari Stasiun Klimatologi Citeko Ronald, gerhana bulan kali ini sebenarnya bisa dilihat dari seluruh wilayah Bogor selama tidak tertutup awan. "Untuk (pemandangan gerhana bulan) yang paling idealnya adalah di Puncak Bogor," katanya menyarankan.
Menurut Ronald, puncak gerhana bulan kali ini terjadi pada rentang waktu setengah jam yakni sekitar pukul 20.30-21.00. Namun, proses atau fase gerhana tersebut menurutnya terjadi selama beberapa jam yakni sejak pukul 19.00 hingga 22.00 WIB.
Salat gerhana
Sejumlah masyarakat mengisi proses gerhana bulan dengan solat sunat di mesjid-mesjid terdekat. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor, Mukri Aji mengatakan salat bisa dilakukan di 850 mesjid yang tersebar di wilayah Kabupaten Bogor.
MUI bahkan membuat kesepakatan dengan majelis ulama di tingkat kecamatan untuk melaksanakan salat gerhana setelah magrib atau isya. Mukri mengajak umat muslim memaknai fenomena alam kali sebagai momentum untuk bertaubat. "Gerhana itu menunjukkan salah satu kekuasaan Allah SWT," katanya.(Red)
Ilustrasi/Persiapan melihat gerhana bulan |
Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor, Boedi Suhardi menjelaskan fenomena kali ini cukup istimewa karena ukuran bulan terlihat lebih besar dan berwarna merah atau biru. Fenomena tersebut dinamakan super blue blood moon.
Selain awan, masyarakat juga tidak bisa maksimal menyaksikan proses gerhana karena hujan. "Prakiraan itu untuk wilayah Bogor saja," kata Boedi menegaskan hal itu berdasarkan perhitungan Stasiun Klimatologi, enam jam sebelum terjadi gerhana.
Menurut Boedi, gerhana bulan bisa mempengaruhi kondisi cuaca, perilaku hewan dan tumbuhan. Ia juga mengakui biasanya terjadi perubahan tingkat gravitasi bulan yang mempengaruhi kondisi pasang surut air laut selama terjadi gerhana.
"Masyarakat diimbau tetap tenang. Jangan dikaitkan dengan hal mistis seperti halnya bagaimana anaknya (dalam kandungan ibu hamil)," kata Boedi mengimbau. Menurutnya, gerhana bulan kali ini adalah fenomena alam biasa yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.
[ads-post]
Sementara menurut Pemrakira Cuaca dari Stasiun Klimatologi Citeko Ronald, gerhana bulan kali ini sebenarnya bisa dilihat dari seluruh wilayah Bogor selama tidak tertutup awan. "Untuk (pemandangan gerhana bulan) yang paling idealnya adalah di Puncak Bogor," katanya menyarankan.
Menurut Ronald, puncak gerhana bulan kali ini terjadi pada rentang waktu setengah jam yakni sekitar pukul 20.30-21.00. Namun, proses atau fase gerhana tersebut menurutnya terjadi selama beberapa jam yakni sejak pukul 19.00 hingga 22.00 WIB.
Salat gerhana
Sejumlah masyarakat mengisi proses gerhana bulan dengan solat sunat di mesjid-mesjid terdekat. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor, Mukri Aji mengatakan salat bisa dilakukan di 850 mesjid yang tersebar di wilayah Kabupaten Bogor.
MUI bahkan membuat kesepakatan dengan majelis ulama di tingkat kecamatan untuk melaksanakan salat gerhana setelah magrib atau isya. Mukri mengajak umat muslim memaknai fenomena alam kali sebagai momentum untuk bertaubat. "Gerhana itu menunjukkan salah satu kekuasaan Allah SWT," katanya.(Red)