TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politik luar negeri Korea Utara tertekan menyusul tekanan masyarakat Internasional terhadap negara komunis itu. Namun di luar dugaan Presiden Presidium Majelis Rakyat Tertinggi Republik Demokratik Rakyat Korea (RDRK), Kim Jong-Nam, mengadakan kunjungan kenegeraan ke Indonesia.
Kim Jong-Nam siang tadi, Selasa (15/5/2012), bertemu dengan Presiden SBY di Istana Merdeka Jakarta. Dijadwalkan Kim Jong Nam juga akan bertemu pimpinan DPR dan MPR RI serta para pengusaha Indonesia.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan Korea Utara memang sekarang dikucilkan masyarakat internasional dan sekarang memilih menoleh ke Indonesia.
"Ini karena ada identifikasi peluang-peluang kerjasama," kata Marty di Istana Merdeka Jakarta.
Menurut Marty, kerjasama dengan Korea Utara terus dikembangkan dan merupakan bagian dari strategi dari yang lebih luas. Bagaimana menjalin hubungan kedua negara dan bagaimana Korea Utara bisa lebih terbuka seperti Myanmar.
"Myanmar di masa lalu merupakan negara yang terbiasa dengan pengucilan. Dengan adanya interaksi, komunikasi apapun bidangnya, dari olahraga, trade, investasi, dan lainnya maka kita dengan sistematis membuka negara ini untuk lebih memahami perkembangan secara global," kata Marty.
Marty mengatakan Indonesia harus bisa menciptakan confident atau rasa percaya diri. "Kita harus membuat Korea Utara merasa nyaman, bahwa mereka bisa berinteraksi dengan kita, bertukar pandangan dengan kita dan bisa confident," ujarnya.
Kunjungan kenegaraan Kim Yong Nam ke Indonesia mendapat sorotan dunia internasional. Kunjungan ini dilakukan di tengah masih memanasnya situasi di semenanjung Korea. Kim Jong Nam mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada tanggal 13 – 16 Mei 2012. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka memenuhi undangan Presiden SBY.
Kim Jong Nam dikenal sebagai orang kedua terkuat di Korea Utara setelah Kim Jong-un, Presiden muda Korea Utara saat ini. Sebagai Presiden Presidium, Kim Yong Nam adalah pemimpin Korea Utara secara de facto.
Sementara Presiden Kim Jong-Un bertindak sebagai pemimpin resmi negara komunis itu dan belum lama ini didaulat sebagai penerus Kim Jong-il.