Iklan

iklan

Islam dan Kristen di Mata Craig Abdurrohim Owensby

Jumat, 31 Agustus 2012 | 13.09 WIB Last Updated 2012-12-22T08:05:10Z

Islam dan Kristen di Mata Craig Abdurrohim OwensbyWarga kota sejuk Chiang Mai, Thailand, yang hadir memenuhi sebuah gereja besar itu kira-kira 3.000 orang. Pembicaranya pendeta muda yang jauh-jauh datang dari Amerika bernama Craig Owensby. Retorika dan penampilannya mempesona. Orang berteriak-teriak, menangis histeris ketika mendengarnya berdoa, sambil melambai-lambaikan tangan.
Padahal, di dalam hati saya sedang berkecamuk perasaan aneh. Ya Tuhan, orang-orang ini mendengarkan sesuatu yang saya sendiri sudah semakin tidak percaya, Craig mengenang kejadian tahun 1992 itu.

Dalam perjalanan missi yang sama, mobil van yang ditumpangi rombongan Craig dan pendeta lainnya berhenti di sebuah desa kecil. Sementara mengisi bensin, salah satu kawannya memasuki warung kelontong. Penjaganya seorang gadis Thai dan ayahnya, agamanya Budha. Percakapan terjadi. Sejurus kemudian, si Kawan keluar dari warung, dan minta agar Craig dan yang lain mendoakan gadis itu, karena ia mau memeluk Kristen asalkan ayahnya yang keras juga ikut.

Setelah mereka berkumpul dan berdoa, Craig memasuki warung itu, tanpa sepatah katapun. Mungkin karena melihat saya botak mirip Budha Gautama, ayah gadis itu tiba-tiba berlutut dan memandangi wajah saya, kisah Craig. Tangannya terbuka lebar, dan bilang siap masuk Kristen. Pikiran saya semakin kacau. Jika saya sesat, maka akan semakin banyak orang yang saya sesatkan. Saya harus berhenti. Maka Craig pun berhenti jadi pendeta.

Menjadi Muslim tak pernah terbayangkan oleh Craig. Keluarganya penganut Kristen Prebisterian yang sangat taat. Setelah bertahun-tahun merintis karir bisnis, ia memutuskan untuk belajar Bible di sekolah teologi di Princeton Theological Seminary.

Di saat yang sama, pria jangkung ini diam-diam mempelajari Islam dan Al-Quran. Setelah tidak jadi pendeta, dan melakukan bisnis di Jakarta, Craig kembali tertarik belajar Islam. Waktu itu ia sering jalan-jalan di kampung miskin dan kumuh Muara Baru, Jakarta Utara. Putra pendeta Walter Owensby ini kemudian memelihara dan menyekolahkan beberapa anak asuh dari kampung itu.

Keputusan besar untuk bersyahadat diambil justru gara-gara anak asuhnya. Suatu subuh, ia terbangun oleh suara-suara di lantai atas rumah kontrakannya. Saat diperiksa, ia menemukan kelima anak asuhnya sedang shalat berjamaah. Saya pikir, mereka ini bandel dan gila, tapi masih tetap shalat. Saya sendiri mau kemana? katanya. Craig pun bersyahadat.

Selama dua tahun menjadi Muslim, Presiden Direktur PT Spotcast Consulting Al-Quran Seluler ini mengakui ada banyak kekurangan para da'i dan khatib Indonesia dibandingkan kalangan Evangelis (misionaris). "Orang-orang Kristen sangat efektif dan pintar mengambil hati orang."

Berikut ini wawancara wartawan Majalah Hidayatullah, Cholis Akbar, Pambudi Utomo, dan Dzikrullah dengan suami Lilis Fitriyah dan ayah dari Sarah Zata Amani Owensby ini selama setengah hari di rumahnya di kawasan Cipete, Jakarta Selatan. Di lantai atas rumahnya yang besar itu, tinggal juga 10 orang anak asuh, berusia 17-20 tahun. Semua laki-laki.

Apa hal yang paling susah saat menghadapi anak-anak asuh Anda?

Soal menegakkan disiplin. Sekali Anda membuat peraturan, Anda harus konsisten menerapkannya. Karena itu saya bikin sedikit peraturan supaya masalahnya juga sedikit.

Contohnya, piring dan gelas tidak boleh ada di lantai atas. Kalau mau makan di atas, sesudahnya piring dan gelas harus dibawa turun. Itu peraturan mudah, setiap orang bisa melakukan. Karenanya, bila dilanggar, bisa jadi saya pukul. Supaya dia malu. Tapi kalau saya memukulnya, pasti akan ada masalah dengan keluarga. Karena itu saya tidak melakukan itu.

Berapa bantuan yang Anda berikan?

Saya memberi 300 ribu per bulan untuk masing-masing 10 keluarga dan 200 ribu untuk jajan 10 anak. Mereka sekarang seperti anak saya.

Mengapa harus repot-repot mengambil anak asuh tinggal bersama Anda?

Sejak masih menjadi pendeta Kristen, saya terbiasa menolong orang lain. Sebelum saya Muslim, saya ingin memberikan sedikit kepada orang lain karena saya mampu dan mereka tidak. Karena itu saya pergi ke Muara Baru, Jakarta, perkampungan nelayan yang sangat kumuh dan miskin. Dari situlah saya mengambil anak asuh.

Datang ke sana untuk missi Kristen?

Tidak. Tadinya saya memang seorang Kristen dan mengabdi untuk gereja. Belakangan saya menemukan banyak masalah dalam ajaran Kristen. Jika mempelajari dengan benar orang akan tahu Kristen tidak datang dari Yesus. Agama Kristen yang sekarang merupakan hasil kreativitas Kaisar Kostantin di zaman kekaisaran Roma. Waktu itu ummat Kristen terpecah-pecah. Untuk menyatukan dan mengokohkan kekuasaannya, Konstanstin memilih salah satu aliran untuk dibesarkan dan dijadikan satu-satunya aliran yang dianggap benar. Aliran itu yakin Yesus adalah Tuhan, dibawa oleh Paulus.

Prebisterian itu sekte apa?

Bagi saya aliran ini lebih mirip Islam dibandingkan semua aliran Kristen lainnya. Prebisterian itu mirip Protestan klasik. Mereka mau semua hal harus pasti, logis, dan rasional. Semuanya harus percaya doktrin Injil, tidak boleh lainnya. Prebisterian juga percaya trinitas seperti halnya Protestan.

Mereka meyakini Yesus adalah Sang Pencipta yang bisa membuat orang masuk surga atau neraka dan bisa berbuat apa saja sesuai keinginan Yesus. Mereka juga yakin Tuhan bisa memberi kekuatan kepada siapa saja, termasuk pada Anda atau saya. Itulah Prebisterian. Saya sendiri percaya bahwa Tuhan bisa memberikan kita kekuasannya.

Namun mereka juga percaya Tuhan punya tiga orang yakni, tuhan Bapak, Isa, dan roh kudus. Mereka juga percaya ada dosa warisan.

Apa yang Anda permasalahkan dari Kristen?

Masalahnya jika Yesus tidak diangkat menjadi tuhan oleh Konstantin, apa yang akan terjadi dengan agama Kristen? Apakah Anda percaya hal itu? Di masa Paulus, Kristen masih dalam proses, tapi semakin rusak ketika zaman Konstantin.

Ada dua masalah penting dalam Kristen. Keyakinan bahwa Yesus sebagai Tuhan dan dosa warisan. Jika tidak ada dua hal ini, mereka mirip Islam. Jadi secara praktik dan ideologi mereka seperti Islam.

Karena itu, Islam harus memiliki ambisi besar menyebarkan kebenaran terhadap orang Kristen. Jika kita punya komunikasi bagus dan efektif pada mereka, maka tidak ada alasan baginya untuk tidak mau memeluk Islam.

Masalahnya apakah mereka masih percaya kebenaran Islam?

Saat Nabi Muhammad datang dan Islam berekspansi ke luar wilayah Arab, rata-rata pemeluk Islam tadinya orang-orang Kristen. Karena sebenarnya, Islam merupakan reformasi terhadap dunia Kristen. Kristen merupakan reformasi atas Yahudi. Tetapi reformasi yang paling benar tentu saja Islam.

Masalahnya, kultur orang Islam dan orang Kristen sangat lain. Terutama kultur orang Kristen yang datang dari Barat. Orang Barat hanya mengenal Islam karena melihat jilbab. Bukan karena mengenal shalat, zakat, atau hal lainnya.

Bagi AS nilai keadilan bagi pria dan wanita itu penting. Jadi saya akan mengatakan, wanita juga boleh ke masjid seperti pria, meski orang-orang Arab mengatakan wanita tidak harus datang ke masjid. Sebab, saya melihatnya itu hanya masalah kultur. Tak ada larangan dalam Islam.

Contoh lainnya, meski saya menyukai sarung, masyakat Amerika kurang akrab dengan budaya sarung karena itu akan dianggap sebagai pakaian wanita. Orang AS menganggap kurang baik bagi pria bila mengenakan kopiah (penutup kepala). Bagi orang AS itu dianggap semacam superstition (tahayul). Harus diingat, banyak orang AS Katolik tetapi sikapnya seperti Protestan. Mereka percaya, tidak terlalu penting pakaian sebab Allah hanya melihat apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu, jika Anda tetap mendesak mereka memakai topi seperti itu, maka Anda akan dianggap sedikit gila. Termasuk pandangan aneh mereka melihat jilbab.

Jika ada kultur yang tak akrab dengan Anda, maka saya tak harus mengenalkannya. Ini hanya masalah kultur. Insya Allah, dengan berjalannya waktu banyak taktik yang bisa dibawa untuk mengenalkan Islam.

Bagaimana Anda menjelaskan kepada orang Amerika tentang jilbab istri Anda?

Saya percaya jilbab adalah rahmat Allah kepada masyarakat Islam ketika diturunkan di Madinah. Kepada komunitas Amerika, saya akan mengatakan istri saya memilih jilbab karena itu adalah keputusannya sendiri.

Kami meyakini dunia sekarang ini memandang wanita hanya sebagai objek. Dengan jilbab, orang akhirnya bisa memandang isinya dan siapa dia sesungguhnya, bukan semata-mata objek tubuh yang bisa dilihat.

Waktu memilih calon istri, Anda menjadikan jilbab sebagai kriteria?

a. Kriteria saya saat memilih istri sangat sederhana: Muslimah yang baik. Anda tahu, begitu saya bilang ingin menikah, semua orang membantu saya mencarikan. Aa Gym, Arifin Ilham, Ihsan Tanjung, Didin Hafiduddin, ada yang cool dan ada pula yang charming. Ustadz Ihsan misalnya memilihkan saya yang terlalu tua dan memberi saya wanita yang umurnya seperti saya. Oh.. tidak. Saya mau wanita yang lebih muda dan berumur 25 tahun. Ha ha ha

Sekian tahun mendalami Islam, Craig mengaku belum merasa sempurna dan puas menjadi Muslim. Untuk mengejar ketertinggalan ibadahnya setelah disibukkan rutinitas berbisnis dan semangatnya mendakwahkan Islam, tahun 2001, awal mula ia menunaikan Ramadhan, muncullah niat mengembangkan bisnis Al-Quran Seluler. Ini sebuah layanan mempelajari Al-Quran melalui Short Message System (SMS) dengan menampilkan empat da'i terkemuka; Abdullah Gymnastiar, M Ihsan Tanjung, M Arifin Ilham, dan Didin Hafidhuddin. Dengan pengisi modal cukup besar, 250 ribu USD, kini Al-Quran Seluler telah berkembang dan memiliki tidak kurang dari 60 ribu pelanggan. "Tapi ini bukan pure business, ini diniatkan nilai ibadah," ujarnya.
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Islam dan Kristen di Mata Craig Abdurrohim Owensby

Trending Now

Iklan

iklan